Kampung Melayu adalah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Desa ini sekaligus menjadi ibukota kecamatan. Jarak antara Kampung Melayu-Curup (ibukota Kabupaten Rejang Lebong) hanya sekitar 25 km.Terletak di kaki Bukit Daun dengan ketinggian kira-kira 900 mdpl. Kondisi relief permukaan bumi yang berbukit-bukit disertai dengan jenis tanah, iklim, dan suhu yang mendukung, daerah ini cocok untuk dikembangkan sebagai Kawasan Agropolitan yang ideal di Kabupaten Rejang Lebong.
Slogan "GEMAH RIPAH LOH JINAWI" tepat disandangkan bagi daerah ini. Apalagi masyarakatnya memiliki harapan untuk menjadikan daerah ini sebagai sentra produksi pertanian di wilayah barat Kabupaten Rejang Lebong.
Slogan "GEMAH RIPAH LOH JINAWI" tepat disandangkan bagi daerah ini. Apalagi masyarakatnya memiliki harapan untuk menjadikan daerah ini sebagai sentra produksi pertanian di wilayah barat Kabupaten Rejang Lebong.
Pada era penjajahan Belanda, daerah sekitar Bukit Daun merupakan lahan perkebunan teh yang cukup luas. Sayangnya sisa-sisa peninggalan Belanda hanya dapat dilihat bekas lokasinya saja seperti bekas pabrik pengolahan daun teh yang berada di Desa Sentral Baru. Menurut cerita masyarakat, aset Belanda dibumihanguskan saat terjadi peperangan mempertahankan kemerdekaan.
Kawasan yang luas dan subur ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya sebagai salah satu kawasan di Kabupaten Rejang Lebong yang menyuplai palawija dan sayur mayur ke daerah-daerah disekitarnya terutama Sumatera Bagian Selatan. Produk pertanian yang menjadi unggulan daerah saat ini adalah cabai (cabe) dan tomat hibrida. Lepas dari itu masih banyak lagi yang dihasilkan daerah ini diantaranya: timun, terong, kacang panjang, buncis, kubis, dll.
Kawasan yang luas dan subur ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya sebagai salah satu kawasan di Kabupaten Rejang Lebong yang menyuplai palawija dan sayur mayur ke daerah-daerah disekitarnya terutama Sumatera Bagian Selatan. Produk pertanian yang menjadi unggulan daerah saat ini adalah cabai (cabe) dan tomat hibrida. Lepas dari itu masih banyak lagi yang dihasilkan daerah ini diantaranya: timun, terong, kacang panjang, buncis, kubis, dll.
Tidak lepas kemungkinan nantinya desa Kampung Melayu dan desa sekitarnya dapat dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dan agroindustri karena infrastruktur dan sarana penunjang lainya sedang mengalami kemajuan yang cukup berarti. Jalan desa dan jalan kabupaten yang dahulunya hanya jalan tanah kini sudah berbentuk jalan aspal. Sarana transportasi cukup mudah dijumpai, sehingga memudahkan akses keluar daerah untuk memasarkan berbagai produk pertanian dan industri rumah tangga. Sarana pendidikan juga telah dilengkapi, Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas Negeri sudah tersedia. Sementara itu, fasilitas pendukung lainya yaitu: Puskesmas Kampung Melayu, Kantor Pelayanan PLN, Lapangan Sepak Bola, Balai Desa, pasar, dan Koperasi Unit Desa. Selain itu, sebagai ibukota kecamatan juga telah berdiri Kantor Camat, Pos Polisi, Unit Pemadam Kebakaran dan Kantor Urusan Agama.
My village profile
ReplyDeleteKOTADONOK
Ada cerita menarik ketika aku masih sekolah d SDN 1 Kotadonok sekitar tahun 1970. waktu itu di daerah Lebong akan dipasang listrik di hampir setiap desa, termasuk Kota Donok. Pada suatu siang, iring-iringan mobil truk membawa tiang beton listrik dengan bangga, dalam hati mereka berkata, “Wah sebentar lagi sampai di Kota Donok!” Hal itu terungkap ketika mereka sampai di Jembatan Bioa Tiket (Jembatan Air Tiket) membaca plang papan bertuliskan “Selamat Datang di Desa Kota Donok!”
Pikir mereka, desa dari Kota Donok sudah mereka masuki, tinggal Kota Donoknya lagi. Setelah mereka melintasi Desa Kota Donok dan akhirnya sampai di daerah Pondok Lucuk merasa heran, kenapa Kota Donok or Central of City belum mereka temui, padahal desanya aja sudah dilewati.
Akhirnya, ketika ada beberapa penduduk yang berjalan kaki di daerah itu. Mereka pun bertanaya.
“Pak, numpang tanya. Kota Donok masih jauh nggak?” tanya mereka. Tentu saja yang ditanya merasa heran, apalagi bahasa Indonesianya agak berbelok-belok.
“Sudo lewat, Pak!” kata penduduk yang ditanya tentang Kota Donok. Kini giliran pembawa tiang beton listrik itu yang bengong.
“Kok sudah lewat, yang baru kami lewati tadi ‘desa’ Kota Donok,” kata mereka.
“Ya, Desa Koto Donok itulah ‘Kota Donok’” jawab penduduk itu.
Maka, setelah mendapat jawaban itu, makin bingunglah rombongan rekanan PLN tersebut. Bingungnya bukan apa-apa, tetapi, untuk kembali ke Desa Kota Donok mereka mengalami kesulitan, karena jalan yang ada sempit dan tak mungkin truk besar mereka bisa memutar arah.
Sejarah
Dulunya, Kotadonok bernama Kutei Donok yang artinya Desa Tengah-Tengah. Beberapa analisa sejarah menyebutkan, maksud ‘tengah-tengah’ atau Donok itu, karena letak desa Kota Donok berada di antara Curup dan Muara Aman. Kalau dari Curup jaraknya 40 Km dan kalau dari Muara Aman berjarak sekitar 30 Km.
Hanya saja pergantian nama dari Kutei Donok menjadi Kotadonok, belum ada yang dapat menjelaskannya, kapan? (tahun berapa?). Di dalam dokumen-dokumen orang Belanda tempo dulu, sudah tertulis nama “Kotadonok”. Diperkirakan nama Kutei Donok itu terjadi antara abad ke 9 hingga abad 14 M.
Sebab, dalam ensikplodia Amerika tahun 1560 disebutkan pengaruh Islam sudah masuk ke daerah Sumatera Bagian Selatan (Palembang, Bengkulu, Lampung dan Jambi) sekitar tahun 700 M. Berarti, suku bangsa Rejang sudah mendiami lembah Air Ketahun (lembah Bukit Barisan) sebelum tahun 700 M.
Sejarah sukubangsa Rejang yang ramai ditulis, itu berkisar antara tahun 1415 sampai 1800 M pada masa jayanya para Bikau (Biku). Padahal sebelumnya, di daerah Pinang Belapis atau Renah Sekalawi dan kemudian berganti nama menjadi Lebong (berasal dari kata ‘telebong’ artinya berkumpul.
Sementara orang belanda melalui VOC-nya mulai masuk ke Indonesia tahun 1610 dan sampai tahun 1799. Penguasa Hindia-Belanda, dari masa VOC, pemerintahan Belanda, Inggris hingga masa pendudukan Jepang dan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. Di masa penjajahan Belanda, para penguasa ini biasanya memiliki gelar Gubernur-Jenderal. Perioderisasi penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia, termasuk daerah Bengkulu dengan urutan sebagai berikut: (1). Masa VOC (1610 -1799), (2) Masa kekuasaan Belanda Idi bawah kekuasaan Napoleon di Perancis (1800-1811), (3). Masa kekuasaan Inggris (1811-1816), (4). Masa kekuasaan Belanda kedua (1816-1949) dan (5). Masa kekuasaan Jepang (1942-1945)
Desa Kotadonok yang sekarang dimekarkan menjadi 2 (dua) desa, yaitu Kotadonok dan Desa Suka Sari dalam sejarah sukubangsa Rejang merupakan salah satu desa (kutai) tertua setelah Topos (Tapus; yang juga sudah dimekarkan menjadi dua desa). Desa Tua lainnya seperti Semlako (Semelako), Desa Muara Aman, Tubai, Tlang Blau (Talangbaru), desa Tanjung. Sebagai desa tua sudah pasti memiliki sejarah yang cukup panjang dengan dampak untuk daerah sekitarnya.
Kotadonok seperti lazimnya desa-desa di Lebong berada di lembah Bukit Barisan, yang sebagian besar tempat pemukiman penduduknya berada di lereng-lereng bukit. Seperti hal Kotadonok sepanjang Bio Tiket (Air Tiket) sampai Tepat Taukem (Tepat Rukam)—perbatasan dengan desa Tes. Letak geografis desa ini berada di lereng bukit dan di bawahnya terhampar Danau Tes termasuk anak danau seperti Danau Tawen Blau (Ketahun Baru), Teluk Buluak (Teluk Bambu), Tlang Macan beserta pulau kecil yang sering disebut dengan nama Jungut Benei (Tanjung Pasir) dan Tanjung.
Berdasarkan cerita orang-orangtua di Kotadonok menyebutkan pada umumnya penduduk desa itu berasal dari Topos dan Tlang Blau. Tidak heran jikalau masyarakat Kota Donok yang sering membayar nazar atau disebut misaim niat, itu tempat di Topos atau Tlang Blau. Pertalian antara penduduk Kotadonok dengan Topos, Tlang Blau merupakan pertalian geneologis, bukan berdasarkan territorial. Begitu pula dengan penduduk desa baru Tlang ratau (Talang Ratu) merupakan hubungan geneologis. Karena desa Tlang Ratau merupakan pengembangan masyarakat dari Desa Kotadonok.
Arsitektur asli Rejang
Seperti di desa tua lainnya di Lebong, bentuk dan ornament yang ada di bangunan rumah-rumah penduduknya hamper sama. Tentang ornament yang terdapat pada rumah-rumah penduduk asli orang Rejang terdiri dari 2 (dua) kelompok. Jenis (kelompok) pertama merupakan bangunan rumah berornamen dan memiliki sifat arsiterktur bernilai tinggi yang erat kaitannya dengan ststus social dan keberadaan pemiliknya.
Di desa Kotadonok pun demikian. Pada umumnya, rumah asli penduduk Rejang terbuat dari bahan kayu yang berkualitas tinggi. Rumah yang terdiri dari bahan kayu (papan) tersebut bertahan lama sampai ratusan tahun dan sampai sekarang masih utuh. Rumah-rumah tua itu selalu dihiasi dengan ornament seni yang tinggi, kendati terlihat sangat sederhana.
Misalnya di bagian risplang rumah. Selalu dihiasi dengan ukiran penuh dengan symbol-simbol flora seperti daun, bunga atau lainnya. Demikian pula di bagian dinding rumah—terutama di bagian depan selalu dihiasi dengan ukiran dari papan lain yang kemudian ditempelkan dinding (menyatu).
Cirri khas lain ornamen klasik penuh dengan arsitektur benrilai tinggi pada rumah orang Rejang yang yang mengisyaratkan memiliki status social yang lebih baik adalah pemasangan papan pada dinding dilakukan secara berdiri dan di bagian dinding depan rumah biasanya hanya ada dua jendela dan sebuah pintu berukuran besar. Rumah orang Rejang seperti itu, biasanya memiliki ruang tamu di bagian depan yang cukup besar.
Untuk ruang tamu demikian, di samping jendela di bagian depan. Masih ada dua jendela di sisi kiri dan kanan. Kecenderungan seperti itu hampir pada semua rumah asli orang Rejang. Pada ruang kedua, biasa merupakan ruangan keluarga yang berukuran separuh dari ruangan tamu yang ada di depannya. Di ruangan kedua itu, sebagian ruangnya digunakan untuk kamar tidur utama. Sementara dipan tempat tidur bagi yang mampu bisa saja diletakkan di salah satu sudut ruang tamu, ruang keluarga pertama dan ruang keluarga kedua.
Ciri khas lainnya rumah asli orang Rejang adalah bertingkat dan mempunyai karakter tinggi dengan tiang-tiangnya disertai bentuk rumahnya yang membujur (empat persegi panjang). Ada yang memanfaatkan tingkat bawah sebagai temat kumpul-kumpul keluarga sehari-hari dan ada yang tidak memanfaatkannya. Artinya dibiarkan kosong dan biasanya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk menyimpan bahan kayu bakar, kandang sapi, kandang ayam atau menyimpan bahan-bahan bangunan lainnya.
Kemudian, rumah-rumah seperti itu hampir semuanya mempunyai kamar mandi di bagian belakang lengkap dengan pancurannya dan juga tempat menyimpan berbagai alat-alat pertanian dan menggantung pakaian kerja. Karena, kalau diletakkan di ruang kamar mandi yang serbaguna itu, akan mudah untuk dicuci (dibersihkan).
Dulunya, rumah-rumah asli Rejang itu, walau papan lantainya sudah demikian mengkilat karena selalu di-pel, sebagian pemiliknya yang mampu akan menambahkan alas lantainya berupa paran (tikar anyaman dari rotan atau kulit bambu yang tua dan pilihan). Paran itu juga dianyam dengan tambahan ukiran sedemikian rupa.
Kemudian rumah-rumah itu memiliki plapon yang juga terbuat dari bahan kayu (papan) pilihan, sehingga di atasnya dimanfaatkan untuk tempat menjemur atau mengeringkan biji kopi. Menyimpan hasil perkebunan lainnya, seperti pisang, nangka dan buah-buahan lainnya.
Bangunan rumah asli orang Rejang memang sudah sedemikian maju dan itu menandakan pengetahuan orang Rejang terhadap design bangunan rumah sudah demikian tinggi. Karena, sebuah bangunan rumah mereka, sudah lengkap dengan ruang-ruangnya. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang bermusyawarah, kamar tidur, kamar gudang (tempat beras dan lainnya), dapur, kamar mandi (ruang kamar mandi), ruang menyimpanan berbagai hasil pertanian dan sebagainya. Semuanya, satu dengan lain dipisahkan oleh dinding papan yang dibuat sedemikian rupa.
Oleh karenanya, ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyebut ruang-ruang atau kamar di dalam struktur rumah asli Rejang. Misalnya brendo (beranda, teras rumah), smigo (ruang utama yang letaknya paling depan sesudah bredo), bilik (kamar tidur), dopoa (dapur), palai (ruang di atas plapon rumah), ndea (tangga), kemdan (jendela0, bang (pintu).
Untuk menyebut bilik (kamar tidur) biasanya ditambah dengan nama siapa yang sering tidur di kamar tersebut. Misalnya kamar tidur nenek maka disebut bilik sebei dan seterusnya. Dalam arsitektur orang Rejang sudah mengenal model-model daun jendela dan pintu. Untuk pintu utama, biasanya selain pintu lapisan pertama terbuat dari kayu. Kemudian pada lapisan kedua ada pintu yang terbuat dari kaca yang dibingkai dengan kayu. Sementara untuk pintu kedua (di dalam rumah) tidak demikian. Cukup dengan daun pintu terbuat dari papan.
Melihat seni arsitek ‘ukir’ pada dinding, pintu, jendela dan dinding-dinding ruang rumah orang Rejang kemungkinan dipengaruhi oleh seni kaligrafi dalam agama Islam dan aliran naturalisme. Sebab, melihat dari lika-liku ukiran, simbol yang dilukis dan rangikaian-rangkaian ukirannya, memang demikian.
Kedatangan Sukubangsa Lain dan Konsep Pembauran
Orang Rejang terkenal dengan sikap ramah dan tamahnya kepada siapapun. Sampai-sampai penghormatan dan penghargaannya kepada orang lain selain suku Rejang sangat tinggi. Pada akhirnya timbul kesan mengabaikan sesama orang Rejang sendiri. Di desa Kota Donok (saya menulisnya dengan suku kata ‘Kotadonok’) sejak lama sudah terjadi pembauran dengan warga sukubangsa lainnya. Baik sukubangsa yang ada di Indonesia maupun orang asing (sukubangsa di luar Indonesia).
Pembauran yang begitu harmonis tersebut sering diakhiri dengan ikatan perkawinan sebagaimana diatur dalam adat Rejang dan hukum perkawinan Indonesia (sekarang dikenal dengan UU No 1/1974 tentang perkawinan). Alasan menyebut orang rejang terutama di Kotadonok sudah lama mengenal konsep kehidupan pembauran adalah datang, menetap dan adanya pernikahan antara orang Kotadonok dengan orang luar tersebut.
Baik dengan orang Belanda, Jerman, Tiongkok, India dan Persia (untuk orang luar Indonesia) dan untuk orang di luar orang Rejang seperti dengan orang Bengkulu, Palembang, Padang, Kerinci, Lampung, Jawa dan Sunda. Dan itu dapat dibuktikan sampai dengans ekarang ini. Di Kotadonok sekarang berdiam sukubangsa Rejang (99%), selebihnya ada suku Jawa, terutama di lokasi Transmigrasi Pemangkuraja, Bali (Islam), Padang, Bengkulu, Palembang, Sunda, Lampung dan selebihnya orang Rejang di luar Lebong.
Mata Pencaharian
Mata pencarian orang Kotadonok meliputi bertani (termasuk berkebun) hampir 95%, kemudian swasta, PNS, TNI, Polri, profesi dan berdagang (supir atau buruh). Pola pertanian yang dijalankan adalah pola pertanian tradisional dengan kepercayaan-kepercayaan yang melekat pada sanubari orang Rejang di Kotadonok.
Hasil utama pertanian adalah padi sawah (dulu ada padi darat/ladang), sayur-mayur. Sedangkan hasil perkebunan seperti kopi (utama), kemiri, dan hasil perkebunan lainnya seperti pisang, coklat (komoditi baru), serei dan beberapa lagi. Namun pada umumnya hasil perkebunan yang dikelola hanyalah kopi. Masyarakat desa Kotadonok dahulu kalanya adalah masyarakat yang sangat sejahtera dengan hasil pertanian, perkebunan, perikanan yang melimpah ruah. Namun, sejak tahun 80-an, kondisi hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan desa ini sangat merosot.
Kemerosotan itu diakibatkan oleh makin terbukanya isolasi daerah Lebong, sehingga pengaruh dari luar tersebut sangat besar. Banyak anak muda di desa itu sudah enggan mengelola pertanian, perkebunan atau mencari ikan atau sebangsanya. Mereka lebih suka nongkrong di kampung menjadi pengangguran. Belakang—sekitar tahun 2000-an banyak anak-anak desa Kotadonok (termasuk Sukasari) yang pergi merantau serta bekerja di luar Bengkulu. Misalnya ke Riau, Batam, Tangerang, Cilegon, Jakarta, Bandung dan Palembang.
Mata Pencaharian Alternatif
Sejak zaman dahulu kala masyarakat Kotadonok memiliki mata pencaharian alternatif jikalau sedang musim paceklik atau pasca panen. Mata pencaharian alternatif itu seperti mendulang (mencari emas) di Lebong Simpang, mencari ikan dengan peralatan sederhana, seperti jala, jaring, tajua, serapang, kewea dan tubo. Atau mereka mencari luken, kijing, sebkoa, kersip dan kemudian dipajang di pinggir jalan.
Namun, saat ini—setidak-tidaknya 10 tahun terakhir, mata pencaharian alternatif itu sudah jarang dikerjakan masyarakat Koatdonok. Kuat dugaan hal itu akibat pengaruh masuknya beberapa perusahaan besar di bidang perkebunan, seperti perkebunan kopi arabica, kembang edelwis milik keluarga Cendana (era almh Bu Tien Soeharto) dan banyaknya penduduk Kotadonok mencari nafkah di luar daerah.
Pendidikan
Dunia pendidikan di Kotadonok berdasarkan sejarah dan fakta merupakan salah satu basis pendidikan di Lebong. Tidak heran kalau beberapa pejabat di Sumatera Bagian Selatan saat itu dan sekarang, berasal dari Kotadonok. Seperti mantan Gubernur Sumatera Bagian Selatan, Moh Husein—yang saat ini namanya diabadikan sebagai nama RSU Palembang dengan nama RSUD Moch Husein.
Moch Husein adalah putra asli Kotadonok dan rumahnya saat ini masih berdiri tegak dan bagus di Kotadonok dibangun ketika ia menjabat sebagai Gubernur Sumbagsel. Demikian pula putra Kotadonok lainnya, seperti Jamaan Nur, H Zulkarnain (almh) yang sekarang keturunan atau putranya yang cukup berhasil adalah Kurnia Utama yang biasa dipanggil Kukun. Keluarga Pangeran (bukan pangiran), seperti Rully (salah satu ketua DPP Golkar di Jakarta) dan lainnya.
Saat ini sarana pendidikan di Kotadonok tidak begitu menonjol, karena berdirinya sekolah-sekolah di ibukota kecamatan Lebong Selatan di Tes. Di Kotadonok ada 4 (empat) buah Sekolah Dasar (SD) Negeri, sebuah Taman Kanak-Kanak dan sebuah Tsanawiyah Negeri (MTsAIN) yang berada tepat di pinggir Danas Tes—di ujung desa Kotadonok.
Bangunan Tua
Di desa Kotadonok—karena salah satu desa tertua di Lebong, terdapat banyak bangunan rumah tua sebagai aset budaya Rejang. Rumah-rumah tua di desa Kotadonok, seperti di Desa lainnya di Lebong dan di Tanah Rejang merupakan rumah panggung. Rumah-rumah itu dapat dilihat dengan jelas di dekat SDN 2 Kotadonok sampai ke Masjid lama Kotadonok.
Sayangnya, banyak di antara rumah-rumah tua itu, ditinggalkan oleh penerus pemiliknya, kalau pun masih ditunggu—keadaannya cukup memprihatinkan. Walau bahan bangunan rumahnya masih bisa bertahan 50 tahun ke depan dalam kondisi baik. Seharusnya, rumah-rumah tua di Kotadonok harus diperhatikan dengan baik. Pemerintah harus menjadikan itu sebagai aset budaya Rejang.
http://anokjang.multiply.com via nep_prahana@plasa.com by Naim Emel Prahana, Senin (15/12-2008)
Butau Gesea
Mitos Rakyat Rejang
By Naim Emel Prahana via http://anokjang.multiply.com
Danau Tes dan sekitarnya serta masyarakat di Kotadonok, Lebong mempunyai cerita yang cukup banyak. Mulai dari legenda, mitologi, misteri dan peninggalan zaman purbakala, baik berupa megalitik maupun sisa-sisa sejarah masyarakat Rejang tempo dulu yang masih terbengkalai. Tapi, sangat diketahui oleh masyarakatnya.
Salah satu adalah Butai Gesea (batu hampir/nyaris). Kenapa dinamakan Butau Gesea? Karena posisi batu yang permukaannya sekira lebar dan panjang 1 meter X 2 meter itu sangat aneh. Batu yang besarnya (secara ukuran umum) mencapai sebesar mobil kijang kapsul lebih sedikit itu, kelihatannya hanya menempel sekian sentimeter saja bagiannya yang tertanam di tanah. Padahal, batu itu berada di lereng bukit yang terletak di Teluk Lem Danau Tes.
Letak Butau Gesea berada beberapa meter di atas Srawung Dung Ulau Tujuak (gua ular kepala tujuh) yang terkenal itu. Letak persisnya bila di horizontalkan dari seberang Teluk Lem (Teluk Dalam) berada di seberang Pondok Lucuk (Rumah Runcing) tempat wisata di Kotadonok.
Walaupun ukuran permukaan Butau Gesea itu tidak lebar—normalnya hanya bisa muat sekitar (maks) 6 orang duduk bersila. Tapi, kenyataannya permukaan batu itu mampu memuat lebih dari 20 orang di atasnya, tanpa berdesak-desakan. Itulah keanehan kalau tidak boleh kita menyebutkan suatu keajaiban.
Biasanya, banyak orang berziarah ke Butau Gesea itu, terutama dari kalangan orang rejang yang tinggal di luar Lebong dan masyarakat dari etnis Tionghoa. Cerita persisnya memang tidak ada. Tapi, semua masyarakat di sekitar Danau Tes, baik di Kotadonok, Talangratu, Tapus, Talang Baru, Tanjung, Taba Anyar, Turan Tiging, Mubai, Turan Lalang dan lainnya sangat mengenal cerita Butau Gesea.
Masyarakat di Kotadonok mempercayai kalau Butau Gesea itu bukan batu sembarangan dan mempunyai nilai magisnya, apalagi di bawahnya—di Teluk Lem di Danau Tes itu terdapat gua ular kepala tujuh yang cerita mitos maupun legendanya sangat tersohon ke berbagai pelosok.
Selain itu, ada cerita lain di Teluk Lem itu, yaitu sering munculnya ikan mas besar berukuran sekitar lebar dan panjang tikea purun (tikar). Menurut ceritanya, jika ikan itu muncul dan terlihat oleh seseorang atau beberapa orang, dipercayai alamatnya adalah Danau Tes minta korban atau ada orang yang akan meninggal dalam waktu dekat di sekitar danau itu.
Bahkan, sering berubah wujud menjadi sebatang kayu besar tanpa ujung (artinya sangat panjang)—tetapi ada pula yang mempercayainya sebagai perubahan wujud dari ular kepala tujuh itu sendiri.
Jika Butau gesea itu dikelola oleh pemerintah dan dijadikan salah satu objek wisata, nisaya akan mendatangkan pendapatan daerah yang cukup besar, terutama mendatangkan pendapatan bagi masyarakat sekitarnya. Sampai detiknya sepengetahuan penulis, belum ada yang berani mengambil foto Butau Gesea itu. Sehingga dokumen fotonya masih kosong. Butau gesea itu nyata keberadaannya, bisa dilihat dengan mata dan bisa diraba.
Di lokasi lain, di Tepat Taukem (Keramat Rukam)—dulunya diyakini sebagai pusat salah satu kerajaan di Lebong terdapat pula benda purbakala berupa meriam besi dan peluru besinya berbentuk bundar sebesar kelapa. Masyarakat di Lebong sangat percaya kalau anak haram (anak hasil zina) yang datang ke sana dan mencoba mengangkat peluru besi itu. Pasti tidak akan bisa mengangkatnya. Tapi, kalau orang biasa (bukan anak haram), besi peluru itu dengan gampang bisa diangkat. Peninggalan itu, saat ini masih ada dan berada di bukit sebelah kiri jalan menuju tes dari Kotadonok—yang sekarang sudah ditumbuhi hutan pinus yang lebat.
Bioa Tebet
Di dalam kamus lisan masyarakat Rejang nama Danau Tes jarang dipergunakan, bahkan masih asing di telinga warga masyarakat—khususnya masyarakat di Topos, Talangbaru, Tanjung, Rimbo Pengadang, Air Dingin, Talangratui, Kotadonok, Tes, Taba Anyar, Turun Tiging, Mubai dan Turun Lalang.
Masyarakat Rejang di Lebong dan masyarakat Rejang di daerah lain hanya mengenal akrab nama Bioa Tebet. Nama Bioa Tebet (Bioa = air, sungai, kali dan tebet = dibendung, dam atau aliran sungai yang sengaja ditutup dengan maksud air aliran airnya bisa tergenang, kolam).
Oleh karenanya, dalam bahasa Rejang mengenai ‘tebet’ ada tingkatannya. Misalnya tebet titik (bendungan/kolam kecil), tebet lai (bendungan / kolam besar). Tentang nama Bioa Tebet untuk Danau Tes—dalam bahasa Indonesianya erat kaitannya cerita rakyat Rejang tentang Si Pahit Lidah (sering juga disebut dengan Si Lidah Pahit).
Konon cerita, Bioa Tebet (Danau Tes) merupakan danau buatan secara sengaja dilakukan si Pahit Lidah dikarenakan kemarahannya atas tipu daya masyarakat Kotadonok terhadap dirinya. Sebenarnya masyarakat Kotadonok tidak menipu Si Pahit Lidah, melainkan untuk mencegah pekerjaan Si Pahit Lidah mencangkul kawasan di seberang Dusun Tes (dusun berarti desa dalam pemahaman orang Rejang).
Kawasan yang dicangkul Si Pahit Lidah itu mulai dari Ujung Semapak—pelabuhan perahu masyarakat Kotadonok dan kawasan wisata di Desa Kotadonok sampai Baten Daet—seberang Tes, Taba Anyar dan Turun Tiging. Karena kekhawatiran masyarakat Kotadonok akan pekerjaan Si Pahit Lidah yang nantinya akan menenggelamkan desa mereka.
Maka sepakatlah para anggota masyarakat dalam komunitas pengurus Kutei (Kutai, Desa) untuk bagaimana mencegah pekerjaan Si Pahit Lidah itu. Kalau dicegah dengan kasar, masyarakat takut akibatnya. Dicarilah solusi, sehingga Si Pahit Lidah mau menghentikan pekerjaannya itu.
Solusi itu adalah dengan mengabarkan bahwa anak Si Pahit Lidah meninggal dunia. Tentu saja kabar itu tidak dipercayai oleh Si Pahit Lidah. Akan tetapi, karena keuletan utusan dari masyarakat Kotadonok menyampaikan pesan kepada Si Pahit Lidah, akhirnya terucaplah kata dari mulutnya, “Anakku mati ya!”. Tentu saja, ucapan itu menjadi kenyataan dan sadar akan ucapannya yang pahit itu, Si Pahit Lidah marah kepada masyarakatnya.
Kemarahannya itu ia lampiaskan dengan mengayunkan cangkulnya, lalu tanah yang ia cangkul dilemparkan ke aliran Bioa Tawen (Air Ketahun) di dekat Desa Tes. Tentu saja aliran sungai itu tertutup dan airnya tergenang. Itulah singkat cerita terjadinya Bioa Tebet (Danau Tes) yang merupakan danau terbesar di provinsi Bengkulu.
Kawasan-Kawasan di Danau Tes
Di Bioa Tebet itu, terdiri dari beberapa kawasan yang sangat dikenal oleh masyarakat Rejang. Kawasan-kawasan itu sebagai berikut:
1. Kawasan Teluk Lem
Kawasan Teluk Lem oleh masyarakat dipercayai mempunyai cerita misteri yang angker. Karena, di situ ada gua—yang konon dijadikan rumah Ular Kepala Tujuh. Letaknya berada di seberang areal wisata Pondok Lucuk.
Di Teluk Lem, juga ada batu yang penuh keajaiban yang disebut dengan Butau Gesea (Batu hampir jatuh)
2. Jungut Benei
Jungut Benei atau Tanjung Pasir merupakan pulau kecil dengan permukaannya hanya pasir. Pulau kecil itu tidak begitu besar dan letaknya berada di muara aliran Air Ketahun dengan Danau Tes (Bioa Tebet). Untuk mencapai Jungut Benei bisa dilakukan dengan naik perahu atau jalan kaki dari Tlang Macang terus ke Tanjung dan sampailah di Jungut Benei.
Di Jungut Benei biasanya dimanfaatkan oleh satwa burung, seperti Blibis, dan burung sawah lainnya dan bagi masyarakat yang suka mencari ikan, Jungut Benei sering dijadikan tempat istirahat. Begitu pula bagi anak-anak atau remaja, dimanfaatkan untuk mencari ikan dan menjerat burung atau tempat bermain yang mengasyikkan. Apalagi di musim kemarau.
Jungut Benei dikelilingi Bioa Tebet, Tawen Blau, dan Bioa Ketawen. Di daratannya ditumbuhi rumput selet (sejenis rumput yang tajam dan biasanya untuk makanan kerbau), pun dak (pohon dadak), peak (bambu air), bakung (enceng gondok) dan pun sagau (pohon rumbia).
Dari Jungut Benei kita bisa memandang lepas ke arah Danau Tes sejauh mata memandang, dapat melihat bagaimana komposisi rumah-rumah penduduk di Desa Kotadonok dan Sukasari. Termasuk alam pegunungan di sekitarnya. Mengasyikkan sekali.
3. Bioa Tamang
Merupakan kawasan di muara Bioa Tamang yang berada di paling ujung rumah penduduk Desa Kotadonok (bukan ujung wilayah desa). Di kawasan ini, selain tempat masyarakat mencari ikan, ada jalan raya ke arah Tes yang mendaki. Seperti pendakian Tarahan di Lampung Selatan, Lampung.
Daerah pendakian Bioa Tamang dulu terkenal angker, beberapa kejadian mobil yang terjun ke Danau Tes. Sekarang, nampaknya keangkeran daerah itu sudah jarang dibicarakan. Karena, masyarakat di desa Kotadonok masih mempercayai bahwa kalau berada di sekitar Danau Tes jangan bicara Takabur.
4. Muara Bioa Putiak
Kawasan ini berada di wilayah Desa Tes yang terdiri dari hutan Peak (bambu air) dan rawa. Di daerah ini, juga sangat subur untuk lahan pertanian padi sawah. Jika melintasi kawasan ini, dapat dilihat areal persawahan penduduk Kotadonok dan Tes. Di muara Bioa Putiak itulah konon cerita adanya Siamang Bioa yang suka menganggu penduduk naik perahu di kawasan muara sungai tersebut.
5. Jungut Mutung
Kawasan Jungut Mutung itu berada di seberang pulau pasit atau dikenal dengan Jungut Benei. Daerah itu masih menyatu dengan kawasan Teluk Buluak yang dianggap masih angker karena beberapa satwa liar yang berada di kawasan tersebut.
Jungut Mutung merupakan pinggir Danau Tes yangs edikit menjorok ke tengah dan tanahnya terlihat merah. Pinggiran Jungut Mutung itu sering dimanfaatkan penduduk untuk mencari ikan, terutama di malam hari.
6. Tawen Blau
Tawen Blau merupakan anak Danau Tes yang berada di kaki Desa Kotadonok. Air Tawen Blau selalu berwarna kuning, sekelilingnya dipenuhi tumbuhan rawa atau air seperti pohon peak, rumbia dan di Tawen Blau itu tempat bermuaranya beberapa anak sungai atau setidak-tidaknya 4 (empat) anak Sungai, di antaranya Bioa Pacua Telai, Bioa Ujung Semapak dan lainnya (belum diketahui namanya, hanya orang menyebut bioa tik (air/sungai kecil).
Konon cerita di kawasan Tawen Blau ada seekor binatang yang menunggu, yaitu Buai Kotong (buaya yang ekornya putus). Buaya itu dipercayai bersarang di bawah pepohonan peak yang berada di kawasan kuburan umum desa Kotadonok.
7. Ujung Semapak
Ujung Semapak boleh jadi sebagai kawasan pelabuhan (untuk perahu) masyarakat Kotadonok yang memanfaatkan potensi Danau Tes. Rumah-rumah penduduknya sebagian berada di atas permukaan air Danau Tes yang ada di pinggiran. Berupa rumah-rumah bertiang tinggi.
Di Ujung Semapak itu setiap pagi atau sore dapat dilihat puluhan bahkan lebih perahu yang ditambatkan, juga jaring-jaring yang dijemur atau peralatan penagkapan ikan lainnya milik warga dijemur di pinggir air Danau Tes.
Objek Wisata di Kotadonok
1. Danau Tes
Danau Tes merupakan tempat wisata sekaligus menjadi Pusat Pembang-kit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Bengkulu. Tidak sama dengan tempat wisata lainnya, luas objek wisata Danau Tes + 750 Ha jarak tempuh-nya 25 km dari ibu kota kabupaten dapat di tempuh dengan ken-daraan umum, Danau Tes telah tersentuh oleh Penataan Pembangunan.
2. Sungai Ketahun
Terletak disepanjang Desa Suka Sari dan Talang Leak mempunyai air yang sangat jernih, keindahan Panorama Alam dan Luasnya sungai sepanjang 20 Km.
3. Keramat Taukem
Terletak di ujung sebelah utara Kotadonok berbatasan dengan wilayah Desa Tes. Di epat Taukem (Keramat Tepat Rukam) terdapat meriam kuno dengan sebuah peluru besi. Menurut kepercayaan masyarakat Kotadonok, bagi anak haram—anak yang dilahirkan dari hasil zina, tidak akan bisa mengangkat peluru besi sebesar buah kelapa itu.
4. Air Terjun Teluk Nusai
Air terjun ini memang masih asli, berada di areal persawahan Teluk Nusai di seberang desa Kotadonok. Untuk menjangkau lokasi air terjun itu, bisa ditempuh dengan dua alan. Pertama dengan naik perahu dengan lama tempuh sekitar 10—15 menit, atau melalui jembatan Tlang Macang dengan waktu sekitar 30 menit.
5. Air Panas Masteman
Air panas Masteman dinamakan demikian karena berada di kebun kopi milik Masteman (alm) sekitar 2 Km dari Kotadonok. Jalan ke lokasi harus ditempuh dengan jalan kaki, karena belum ada jalan yang dibangun. Waktu tempuh sekitar 30-40 menit dari desa Sukasari.
6. Butau Gesea
Burau Gesea (batu hampir). Maksudn adalah batu yang seakan-akan hampir jatuh dari lereng bukit. Lokasinya berada di Danau Tes, mtepatnya di kawasan Teluk Lem yang sangat legendaris itu. Batu dengan ukuran sekitar sebesar mobil kijang itu, ternyata di atas permukaannya mampu menampung puluhan orang.
7. Jungut Benei
Jungut enei adalah muara Air Ketahun di Danau Tes yang kemudian membentuk pulau kecil yang terdiri dari pasir yang dihanyutkan oleh aliran Air Ketahun. Pulau pasir yang disebut Jungut Benei itu luasnya sekitar luasnya lapangan sepak bola. Hanya bentuknya yang bundar. Di atasnya, sampai tahun 1970 merupakan tempat penduduk Kotadonok melepas binatang piaraan mereka, seperti kerbau, itik atau bebek.
Di Jungut Benei banyak dijumpai burung belibis, burung cekuwok dan burung jenis lainnya yang mencari makan berupa ikan-ikan kecil di deaerah itu. Sering pula dijadikan oleh anak-anak desa Kotadonok untuk tempat bermain bola. Sayangnya sekarang sampai 2009, Jungut Benei tidak seperti dahulu kalau. Di samping penduduk Kotadonok tidak lagi memiliki binatang piaraan kerbau dan sapi.
Masyarakat yang mencari ikan sudah menggunakan peralatan penagkap ikan yang semi modern. Kalau dulu Jungut Benei dijadikan tempat berteduh dan persinggahan para pemancing, penjala dan penjaring ikan atau para pencari ikan di malam hari (nyuluak)
8. Desa Trans Mangkurajo
Desa Trans Mangkurajo dibuka tahun 1983 ketika Kepala Desa Kotadonok dijabat oleh Bachnir. Lokasinya berada di atas bukit Barisan, tepat berada di atas Desa Kotadonok dan Sukasari. (kedua desa inbi dulunya bernama Kotadonok). Jalan menuju lokasi desa Trans Mangkurajo memang mendaki dan berliku-liku. Dari kawasan desa itu dapat dilihat dengan jelas panorama alam desa Kotadonok dan alam bukit barisan lainnya. Termasuk kawasan Danau Tes yangpenuh pesona, cantik aduhai dipandang mata, apalagi kalau sempat untuk berperau di Danau terbesar di provinsi Bengkulu itu.
Kemudian, di lembah Sawah Mangkurajo dapat dilihat dengan jelas dari lokasi eks PT Sebayur. Bagaimana keindahan alam pertanian di lembah Sawahmangkurajo. Walaupun digarap secra tradisionil, namun tetap menjadi tumpuan harapan masyarakat Kotadonok, Sukasari, Ujung Tanjung, Taba Anyar dan desa lainnhya di Lebong.
9. Sawah Mangkurjo
Lembah Bukit Barisan yang membujur dari Utara ke Selatan di provinsi Bengkulu ini sejak lama dikenal dengan nama Sawah Mangkurajo atau dalam bahasa Rejangnya disebut Saweak Krajo. Secara pasti kapan areal pertanian di daerah ini di buka belum diketahui. Hanya dalam beberapa cerita tokoh-tokoh Kotadonok menyebutkan sejak penjajahan kolonial Belanda, areal pertanian di daerah itu sudah dibuka.
Beberapa pelopor yang membuka usaha pertanian (sawah), kebun dan kolam di Sawah Mangkurajo antara lain H Aburuddin dengan anak-anaknya seperti Rahmatsyah, Hasyim, Zarah, Djahima dengan anak-anaknya, Saridin dan lainnya. Sedangkan pelopor lainnya seperti Dualim, Efek, Burudin dan sebagainya.
Lembah Sawah Mangkurajo yang bersuhu sangat dingin itu, sangat strategis. Dari Kotadonok berjarak sekitar 10 km, dari Tes—Taba Anyar sekitar 11 km, dari tambang emas Lebong Simpang sekitar 7 km, dari Pesisir (Arga Makmur) sekitar 20 km.
Saat ini penduduk yang bercocok tanam di Sawah Mangkurajo bukan hanya berasal dari desa Kotadonok, tapi juga dari Ujung Tanjung, Talang Leak, Turun Lalang, Tes, Manna (Kedurang) dan dari daerah lainnya. Keadaan tanahnya sangat subur, curah hujan cukup tinggi. Sumber air melimpah ruah. Dan daerah ini cocok untuk dijadikan wisata agro pertanian di Lebong.
10. Tlang Macang
Tlang Macang dahulu kala merupakan lokasi penyeberangan Air Ketahun bagi penduduk Topos dan sebaliknya yang ke pekan (pasar) di Kotadonok yang selalu ramai. Sebab, di Lebong Selatan waktu itu, hanya di Kotadonok ada pekan yang diadakan setiap hari Rabu.
Dulu untuk menyeberang Tlang Macang digunakan perahu yang menempuh jarak sekitar 30 meter. Kini, ketika Lebong menjadi kabupaten, sudah dibuat jembatan tempat penyeberangan. Rencananya akan dibangun jalan menuju desa Topos. Tapi, untuk membangun jalan permanen memang agak sulit, karena kondisi yang akan ilalui merupakan Tebing Tebo Dinding yang cukup curam.
11. Rumah Gubernur
Yang dimaksud dengan rumah gubernur itu adalah rumah pribadi atau keluarga gubernur Sumatera Selatan (1958—1959) Mohammad Husein—yang namanya diabadikan untuk Rumah Sakit Umum Palembang.
12. Rumah Pangeran
Rumah pangeran adalah rumah keluarga besar pangeran Kotadonok, Ali Kra dan Aliusar. Rumah itu sejak lama sudah tidak dihuni dan tidak pernah dirawat sebagaimana mestinya. Di rumah ini banyak cerita magic maupun mitos yang sangat populer di masyarakat Lebong.
13. Kubua Lai
Kubua Lai (Makam Besar) itu terletak di belakang rumah Supena (Pena), berupa gundukan tanah yang disekitarnya tumbuh pohon asam jawa da macang. Konon cerita, kubua lai itu dinamakan demikian karena orang yang meninggal dikuburkan dalam satu kuburan. Tentu, siapa yang meninggal di sana, tidak ada yang tahu persis. Karena kejadiannya sudah ada sejak desa Kotadonok ada.
Dear Friends,
ReplyDeleteIni tentang : PUPUK ORGANIK NASA
dari PT. NATURAL NUSANTARA “NASA”
Berdiri 1 Oktober 2002 di Yogyakarta
Visi Misi “INDONESIA MAKMUR RAYA BERKEADILAN”
Slogan Bersama Menuju Masa Depan Lebik Baik
Bergerak dalam bidang usaha
DISTRIBUSI PRODUK
PERTANIAN
PETERNAKAN
PERIKANAN
PERKEBUNAN
KESEHATAN
PRODUK KEBUTUHAN SEHARI-HARI
Dimana Sifat Produknya:
1. Dibutuhkan Banyak Orang
Karena sebagian besar masyarakat indonesia berprofesi sebagai Petani.
2. Berkwalitas
Produk dari nasa tidak kalah bersaing dengan produk luar negri karena sudah terbukti dengan uji coba di Lab Pantai Pandansimo,bantul.Yogyakarta dimana lahan pasir yang tidak mungkin bisa ditanami karena miskin unsur hara terbukti dengan produk nasa mampu menghijaukan tepi pantai tersebut dengan aneka tanaman/komoditi., dengan hasil yang optimal. Dan sudah diRekomendasi Bapak Ir Anton Apriantono (Mentri Pertanian Indonesia)
3. Harga Terjangkau
Yang dimaksud disni adalah bukan mahal atau murahnya tetapi daya beli masyarakat indonesia mampu menjangkaunya.
4. Sifatnya Produktif
Maksudnya Dengan memakai produk nasa akan memberikan add value(nilai tambah) bagi penguna. contoh : dulu petani yang belum memakai produk nasa hanya mampu menghasilkan 4Ton/Ha tetapi dengan ditambahnya produk nasa bisa meningkat 2 ton diawal pemakaian(Untuk komoditi padi).
5. Habis Pakai
Dengan demikian akan terjadi Repeat Order(pembelanjaan berulang)
misal jika petani dengan memakai produk nasa ada kenaikan hasil panen maka musim tanam berikutnya petani pasti belanja pupuk lagi dan lagi.
Sehingga akan menciptakan konsumen yang fanatik dan selalu membeli
serta terikat sistem. maka OMZET BERKENISAMBUNGAN PENGHASILAN BERKESINANMBUNGAN(PASIF INCOME).
Untuk pupuk Nasa sudah di Uji coba ditepi pantai pandansimo Yogyakarta dengan jarak 20Km dari bibir pantai. hasil sangat luarbiasa padahal media murni pasir Untuk padi Rojolele mampu hingga 7TON dengan waktu 4,5bulan. bagaimana jika dilahan Normal?! silahkan membuktikannya.!
Diposkan oleh Seorang Entrepreneur Muda di 22:41 0 komentar
BAGAIMANA CARA MENJADI AGEN/DISTRIBUTOR NASA
Bagi siapapun yang tertarik untuk menjadi agen wilayah/distributor produk NASA caranya sangat mudah.
1. Mengajukan permohonan menjadi distributor kepada PT. Natural Nusantara.
2. Mengisi Formulir Pengajuan atau mengirimkan data diri via email atau sms.
3. Membayar Administrasi Rp. 150.000,-
4. Mengikuti aturan Order
a)Order wilayah Jawa min Rp. 1.500.000 (Produk sesuai permintaan)
b)Order wilayah Luar Jawa min Rp. 3.000.000 (Produk sesuai permintaan, ada pengantian jika terjadi kerusakan tanpa menambah biaya sepeserpun.)
5. Anda sudah sah sebagai distributor resmi NASA dengan adanya bukti Kartu Anggota Distributor.
Transfer via Bank. Selanjutnya produk akan dikirim ke alamat tujuan tanpa dikenakan bea kirim.
APA KEUNTUNGAN ?
PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) menyediakan keuntungan dalam bentuk selisih Harga Distributor - Harga Konsumen (HD - HK) sebesar kurang lebih 15% - 20 %.
Selain daripada itu distributor akan mendapatkan royalty dari prestasi omzet yang tercipta di lapangan.
Formulir Pendaftaran________
Nama lengkap_____________
Alamat surat menyurat______
Tempat Tanggal Lahir_______
No KTP_________________
Telepon_________________
Jenis kelamin_____________
status__________________
Nama istri_______________
Tanggal lahir_____________
No KTP_________________
Nama anak______________
Tanggal Lahir____________
No Rek ________________
Formulir dikirim di email: omyosa@gmail.com
Diposkan oleh Seorang Entrepreneur Muda di 22:39 0 komentar
Sabtu, 2008 September 06
DICARI MITRA AGEN/ DISTRIBUTOR PUPUK NASA
Kami adalah distributor PT. Natural Nusantara (NASA). NASA bergerak dalam bidang distribusi produk-produk AGROKOMPLEK (Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, Kehutanan). Seiring perkembangan tren agro saat ini, terlihat ledakan yang sangat dahsyat di bidang agro khususnya tanaman hias. Melihat fenomena ini, tentu merupakan peluang bisnis yang sangat terbuka sangat lebar bagi siapapun untuk terlibat dalam seluruh rangkaian bisnis ini.
NASA mempunyai produk-produk yang berkualitas tinggi dan telah banyak teruji di lapangan, termasuk di kalangan penghobi tanaman hias. Berdasarkan kesaksian dari para pecinta tanaman hias yang sudah menggunakan produk NASA, mereka telah membuktikan secara langsung produk-produk NASA dalam membantu proses perbanyakan tunas untuk tanaman jenis aglaonema. Bahkan produk NASA juga membantu dalam proses pembentukan tongkol untuk tanaman jenis anthurium.
NASA mempunyai keunggulan dalam membantu merangsang pertumbuhan daun, batang, bunga, dan akar. Bahkan dengan penggunaan produk NASA tampilan tanaman menjadi lebih menarik, dan tentu saja secara otomatis turut berperan dalam mendongkrak harga jual.
Di samping itu NASA juga membantu para penghobi tanaman hias dalam menghindarkan tanaman yang mereka cintai dari serangan busuk akar, jamur, kutu-kutuan, dan penyakit lainnya. Sebab NASA mempunyai produk-produk pengendali hama organik dan agensia hayati berbasis spora.
Untuk lebih memasyarakatkan produk-produk NASA, kami membuka kesempatan kepada setiap orang untuk bergabung bersama kami sebagai Agen wilayah ataupun distributor resmi NASA di semua daerah di seluruh NUSANTRA.
ingin liat lebih lengkap buka naturalnusantara.co.id
Yth. Saudaraku para pecinta agribisnis
Jika Saudaraku butuh Produk NASA, yaitu berupa pupuk organic, untuk pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan bisa pesan ke kami, antara lain untuk wilayah:
1. Jakarta Selatan, di Agen Rudy Makhyudin RT 11 RW 04 Rawajati, Pancoran Jakarta Selatan atau sms ke 021-91719495
2. Karawang-Jawa Barat, di Agen Dedy, atau sms ke 085691526137
3. Garut-Jawa Barat, di Agen Uhud, Malangbong, atau sms ke 081320109152
4. Garut-Jawa Barat, di Agen Apud, Limbangan, atau sms ke 085216895621
Terimaksih
omyosa